Sehampar ladang
semburat harapan
yang menggantung senja
menyisakan semak dan onak
dalam lebat sesak yang beranak pinak
tanpa diminta, resah menjelma rumput
liar
memangkas nalar, mengerdilkan
segala yang menjalar
meringkus ladangku yang tercemar
Sudah kesekian kali,
hujan enggan memenuhi janji
sejuk air berkah langit
tak mampu menghanyut bau sengit
sampah serakah dan limbah nestapa
dari mulut orang-orang kota
yang memangsa tanahku dengan kuasa
Seutas
ladang
tanpa pohonan dan tergenang
keringat orang-orang lapar
yang mengais-ngais sisa masa depan
di sela-sela semak industri
merampas padi petani
dalam ruang penuh tirani
Semakin kudasari,
di tanah pesisir ini
hanya di ladangku, seekor burung
masih bernyanyi
Totale, 2022
(Puisi ini publish di
media NU Online Sumenep, 24 Juli 2022)
0 Komentar