Tatapan Anak Itu


 

Tiap Kamis malam, kau ketakutan

tatapanmu nanar mengitari ruangan

peluh mengucur ke seluruh tubuh

rusuh di dadamu tak menentu

 

“Tatapan anak itu,” katamu di suatu senja.

Ada yang menetes dari ceruk matamu yang basah

sebelum malam benar-benar tiba

kau mengurung diri dalam relung hampa

tersuruk tanpa kata.

 

 

“Tidak! Kau bukan anakku,tegas kau berucap,

setelah diammu berujung pengap,

telunjukmu menjurus ke depan, tatapanmu tajam,

menghujam bayang-bayang kelam masa silam.

 

Seketika, tangismu pecah. Menyeruak sesal dalam dada

menjejaki langkah dalam ingatan, tentang dia

yang pernah ada dalam dekapan.

Kau melupakannya. Ya, kau melupakannya

setelah benih yang lain tumbuh

melahirkan rindu, membenamkan masa lalu.

 

“Maafkan ibu, Nak!” Suaramu serak, kedua kelopak

matamu bengkak, dan bayang-bayang anak itu tak lagi tampak,

hilang menyisakan detak. 

 

Totale, 12 November 2022

 

(Puisi ini menjadi juara 1 dalam Lomba Cipta Puisi Nasional yang diadakan oleh Penulis Zen 11 dengan tema "Cerita")  

Posting Komentar

0 Komentar